Sri
Aji Jayabaya memprediksikan agama Hindu-Buddha berkembang 1000 tahun di
Nusantara beserta kejayaan bagi kerajaan yang memeluk agama tersebut.
Bersamaan perkembangan Hindu-Buddha di Tanah Jawa dan Nusantara lahir
pula seorang Rasul pembawa Islam pada 571 Masehi di Mecca yakni
Rasulullah Muhammad s.a.w. sang penerima firman Allah s.w.t. tersusun
dalam Al-Qur'an yang mahasuci didampingi Hadist Nabi yang dimuliakan.
Ramalan Jayabaya
Ramalan pertama
"Murcane Sabdo Palon Noyo
Genggong"
Usai 1000 tahun berkembang Hindu-Buddha
maka sudah pada tempatnya giliran bagi yang lain, yakni akan
digantikan oleh Islam sebagai agama negara bagi kerajaan di Jawa dan
Nusantara. Sri Aji Jayabaya juga menyatakan Dang Hyang Tanah Jawi
Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo Genggong akan murca dari marcapada
selama perkembangan agama Islam berkembang dengan bangkitnya kerajaan
Islam di Jawa. Sabdo Palon tidak akan mencampuri Islam dan
perkembangannya di Jawa dan Nusantara demi membikin manusianya jadi
manusia komplit alias sempurna.
Maka terimalah, sudah menjadi
takdir kerajaan Hindu-Buddha yang gemilang Majapahit berganti kerajaan
Islam pertama di Nusantara Demak. Dan sayang sekali karena baru
berdiri kerajaan Demak yang tidak memiliki angkatan laut sekuat
Majapahit harus berhadapan dengan kekuatan unggul dari Eropa sehingga
hanya dapat sedikit menahan masuknya pelaut bersenjata Portugis,
bahkan Portugis berhasil memasuki Nusantara tanpa menemui lawan
tangguh di medan laut. Dan berturut-turut bangsa Barat berikutnya
Belanda bahkan sangat cerdik untuk mengadu domba kerajaan-kerajaan
sisa Majapahit sehingga saling bertempur satu sama lain. Selanjutnya
Belanda tinggal memetik hasilnya yakni menguasai kedua belah pihak
dalam segala hal, terutama mengandalkan keunggulan kekuatan laut dan
persenjataan maju yang berhasil dikembangkan Eropa, mesiu atau senjata
api mulai ukuran senapan hingga meriam.
Dengan demikian kekalahan kerajaan
Islam terhadap gempuran bangsa Eropa bukanlah menjadi tanggung jawab
danghyang tanah Jawi Sabdo Palon Noyo Genggong. Dan andai kata
kerajaan Islam atau negara yang menjunjung Islam memperoleh kejayaan
maka itu pun bukan melalui campurtangan sang pepunden Nusantara.
Tiap-tiap masa sebuah kerajaan
bangkit dan hancur mengalami hal yang sama dengan siklus bintang. Dan
semua kerajaan di Jawa mengakui Semar sebagai penguasa gaib dari dunia
gaib dengan kemampuan khususnya mengejawantah sebagai manusia biasa.
Semar bisa berperan sebagai abdi, punakawan, dan bahkan penasihat
utama negara. Tokoh ini selalu turut hadir bersama jatuh-bangunnya
kehidupan sederhana maupun sebuah pemerintahan rumit dalam kerajaan.
Dan Semar yang terakhir dalam siklus perkembangan 1000 tahun
Hindu-Buddha ialah Sabdo Palon Noyo Genggong.
Majapahit yang jaya di laut dan
di bumi Selatan, sementara Tiongkok yang berada di bumi Utara adalah
pengimbang tatanan politik dunia pada masa itu. Bumi Selatan ada dalam
genggaman Majapahit dan dengan keruntuhan Majapahit maka tatanan
politik dunia menjadi jomplang dan dengan mudah pula bangsa Barat
berkulit putih mengkolonisasi bumi selatan mulai dengan Afrika,
Amerika Latin, dan Asia Selatan menjadi jalur tanpa ada penjagaan laut
yang kuat.
Kehancuran Majapahit oleh
berkembangnya Islam yang masuk ke Jawa adalah sebuah siklus sejarah
perkembangan kelas, dan perjuangan kelas. Sabdo Palon Noyo Genggong
tahu bahwa Islam harus berkembang di Jawa dan Nusantara maka dari itu
ia bersiap-siap untuk murca dari peranannya mengawal takhta dalam
kurun 1000 tahun terakhir. Dalam sumpahnya, ia akan hadir kembali
dalam jangka 500 tahun, adakah itu mengisyaratkan Islam akan menemui
persoalan rumit setelah berkembang 500 tahun di Nusantara?
"Murcane Sabdo Palon Noyo
Genggong" ramalan Prabu Jayabaya yang pertama memang menjadi kenyataan
tatkala Raja Majapahit yang terakhir Brawijaya memilih meninggalkan
agama negara sendiri dan memeluk Islam. Dengan sendirinya Sabdo Palon
memutuskan untuk menghilang atau murca dengan cara baik-baik dari
hadapan Sri Brawijaya, "Yang Mulia, kami tidak akan melawan
perkembangan sejarah, sejarah yang terus berkembang maju tak pernah
mundur seinci pun itu, dan di hadapan Yang Mulia maka Kami berjanji
akan kembali kelak di mana bumi manusia mengalami gonjang-ganjing dan
segalanya harus dimulai dari awal lagi. Demi melindungi Tanah Jawa dan
Nusantara serta bumi selatan. Howght!" demikianlah ucapan
terakhir sebagai kata pamit Sabdo Palon. Majapahit tak pelak lagi
meluncur menemui kehancurannya, atas kehendak takdir sejarah.
Ramalan kedua
"Semut ireng anak-anak sapi"
Marcopolo penjelajah Italia pada
1292 meninggalkan daratan Tiongkok setelah bermukim sekian
tahun membawa berita dunia menakjubkan bagi benua Eropa. Duaratus
tahun kemudian 1492 Christophorus Columbus juga orang Italia mendarat
di benua milik bangsa Indian Amerika Utara dan mengabarkan bahwa dunia
berbentuk bulat, bundar bola.
Bangsa Eropa berkulit putih
terkenal sangat rajin dan ulet bekerja bagai semut hitam, dan selalu
meminum susu sapi sejak bayi. Mereka mulai gelisah dan menyiapkan diri
dengan kapal-kapal layar kecil gesit dan cepat begitu mengetahui
kabar ada dunia besar lain penuh tantangan petualangan. Bertahun-tahun
mereka perlukan mendesign kapal yang dipersenjatai untuk mengarungi
samudera menemukan dunia baru dalam rangka mencari bahan mentah baru,
dan rempah-rempah dari sumbernya langsung di dunia Timur atau
di belahan dunia lain.
Ramalan Sri Aji Jayabaya kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Ramalan Sri Aji Jayabaya kedua, "semut ireng anak-anak sapi" telah terbukti kebenarannya sejak pertama kali dikumandangkan duaratus tahun yang silam dihitung sejak Marco Polo tiba di Tiongkok bersamaan waktunya dengan berdirinya Majapahit.
Majapahit berdiri 1292 bersamaan
waktunya bangsa Eropa mulai memodernisasi kapal-kapal laut mereka
dengan bantuan orang semacam Marcopolo yang kembali dari negeri Timur
terutama Tiongkok dengan membawa cerita hebat kemajuan teknologi baru
dan menerapkannya di Eropa.
Majapahit dan benua Eropa berlomba
membangun kebesaran masing-masing dengan kapal-kapal laut yang siap
bertempur di tengah samudera, Majapahit berada di balik bumi daripada
benua Eropa maupun Amerika. Kelak bangsa Eropa berhasil memasuki
wilayah Majapahit Nusantara tak perlu berperang menghadapi kekuatan
hebat Majapahit karena sedang mengalami konflik intern yang
menghancurkan diri-sendiri dalam perang paregreg. Kekuatan adidaya di
bumi belahan Selatan itu hancur sama sekali sehingga tidak pernah
berkesempatan menghadapi bangsa kulit putih yang datang untuk
menginvasi dunia.
Hindu-Buddha Majapahit tergusur
oleh kerajaan Islam yang tidak memiliki angkatan laut yang sekuat
Majapahit, akan tetapi memiliki angkatan darat yang tak kalah hebat
dengan milik Majapahit. Mereka berhimpun dengan kekuatan Islam di
mana-mana yang siap siaga menghadapi bangsa Eropa Nasrani dengan
kapal perang bersenjata yang sulit ditaklukkan di mana-mana. Siapa
yang lebih unggul dalam pertarungan itu? Konflik perang salib di Eropa
dan perbatasan dengan Asia berpindah ke dunia baru, Asia Selatan,
Afrika, Amerika Latin, dan Asia Tenggara serta Asia Timur. Pasukan
Tiongkok yang dikirimkan ke perairan Selatan (Nan Yang) tidak
begitu kuat untuk membantu kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara
menahan banjir bandang kapal-kapal orang Eropa. Tiongkok bahkan
berperan dalam merontokkan kekuatan Majapahit sehingga tak ada tameng
di perairan Selatan yang cukup disegani di masa sebelumnya. Kekuatan
Tiongkok lebih dipusatkan untuk menjaga keamanan di belahan bumi Utara.
Sehingga tidak mampu mengisi kekosongan yang ditinggalkan Majapahit.
Paus Leo X gerah dengan pertikaian
sesama bangsa Eropa Nasrani memperebutkan daerah baru di belahan dunia
lain, sudah menjadi kewajiban Sri Paus untuk mendamaikan hal tersebut
dengan mengeluarkan Jus Patronatus atau Padroado pada
1514. Spanyol mendapat bagian berlayar ke Barat dan Portugis mendapat
bagian berlayar ke Timur.
Dua kekuatan Nasrani yang berlayar
berlawanan arah ini akhirnya benar-benar mengelilingi dunia dan
bentrok di kepulauan Philipina, Spanyol bertahan di kepulauan
tersebut, Portugis mencelat ke Timor Timur. Dua-duanya berusaha
memantau dan tetap "ndedepi" kepulauan Maluku penghasil
rempah-rempah antara lain pala, minyak kayuputih, dan cengkeh.
Sementara itu ada sebuah bangsa
Eropa lain, semut ireng paling rajin bekerja: membendung laut untuk
dijadikan daratan dan memiliki sapi penghasil susu paling banyak di
daerah Friesland, dan meminum susunya lebih banyak daripada bangsa
lain yakni bangsa Belanda. Cornellis de Houtman mendarat di Batavia
atau Sunda Kelapa pada 1596. Bangsa yang paling rajin dan tertib
administrasinya ini berhasil menguasai wilayah Nusantara dengan
menaklukkan kerajaan Islam dan sisa-sisa pecahan kerajaan Majapahit:
Makasar, Kalimantan, Aceh, Bali, Papua, dan Nusa Tenggara. Inilah
kedatangan bangsa asing yang sudah diramalkan oleh Sri Aji Jayabaya limaratus tahun sebelumnya, "semut ireng anak-anak sapi".
Belanda bertahan menguasai
Nusantara selama tigaratus limapuluh tahun, dan terusir bersamaan
waktunya dengan kedatangan ramalan Jayabaya keempat, "kejajah
saumur jagung karo wong cebol kepalang" alias bangsa Jepang.
Ramalan ketiga
"Kebo nyabrang kali"
Georgi Dimitrov salah satu
petinggi Komintern atau Komunis Internasional dituduh oleh pengadilan
Jerman Adolf Hitler mendalangi sebuah aksi kerusuhan membakar
reichstaat Jerman. Pokok pangkal inilah Hitler telah merekayasa
tuduhan yang tidak terbukti maka dianggap mengumumkan genderang perang
terhadap komunisme.
Dimitrov pun memaklumatkan seruan
ke seluruh kubu komunis berperang terhadap fasisme. Maka Jerman
menghadapi lawan tangguh negeri-negeri sosialis dan terutama Sovyet
Uni, negeri sosialis pertama di dunia.
Semenjak krisis ekonomi 1929 Adolf
Hitler tampil memimpin Nazi 1933 dan menggerakkan Jerman dengan fokus
utama industri Jerman ialah membangun kekuatan militer besar-besaran,
dan dalam tempo lima tahun 1938 kekuatan militer yang terkuat di
Eropa itu menganeksasi Austria. Sekutu yang dimotori Inggris dan
Amerika Serikat belum mengambil tindakan sampai Jerman Hitler menyerbu
Ceko dengan kekuatan militer besar-besaran melancarkan dan menguji
coba blitzkriegnya yang gemilang. Akhirnya 3 September 1939 Sekutu
mengumumkan perang terhadap Jerman. Sementara itu berturut-turut
balatentara Jerman berhasil menaklukkan Prancis dan tak ketinggalan
Belanda, Belgia tunduk pada keperkasaan Jerman.
Dalam bayang-bayang pasukan Hitler
yang menggentarkan itu maka pemerintahan kerajaan Belanda mengungsi
ke Inggris, menyeberangi selat Channel. Sementara Belanda bergabung
dengan Sekutu berperang terhadap Jerman, negeri jajahan Hindia Belanda
atau Nusantara mengambil sikap netral terhadap Jerman. Hengkangnya
pemerintah Kerajaan Belanda mengungsi ke Inggris inilah yang telah
diramalkan oleh Raja Kediri Sri Aji Jayabaya, "Kebo nyabrang
kali."
Hindia Belanda terlalu jauh dari
pasukan blitzkrieg Hitler di Eropa, akan tetapi terlalu dekat bagi
sekutu Jerman di Timur Jauh yakni Jepang. Masuknya Jepang ke Hindia
Belanda pada giliran terakhir dalam serbuan pasukan Negeri Matahari
Terbit itu sekali lagi pemerintahan jajahan seberang lautan Hindia
Belanda mengungsi ke Australia. Kebo nyabrang kali untuk kedua
kalinya. Belanda mengungsi karena sudah terlalu kenyang mengeruk
kekayaan di Nusantara, kekayaan itu disetor untuk mengenyangkan negeri
induk Nederland yang terbukti tidak kuat bergerak menghadapi serbuan
Jerman. Sama halnya negeri induknya Hindia Belanda yang kekenyangan
tidak mampu menghadapi pasukan Negeri Sakura yang beringas masih
kelaparan menyedot semua sumber daya alam dan kekayaan negeri yang
ditaklukkannya.
Hengkangnya pemerintah pusat
kerajaan Belanda dan juga pemerintahan jajahan mengungsi menyeberangi
lautan itulah yang sudah diramalkan oleh Jayabaya raja Kediri
delapan ratus tahun yang silam.
Hindia-Belanda tidak sendirian
menghadapi serbuan Jepang, juga Inggris di Malaya, Singapura, dan
pasukan Prancis di Indocina serta Amerika Serikat di Filipina. Semua
saja menyeberangi lautan untuk mengungsi menyelamatkan ekor sendiri
meninggalkan anak jajahan diambil orang lain.
Seekor kerbau punya hobi mandi di
kubangan yang berisi air, apalagi di sebuah sungai yang melimpah-ruah
airnya, ia tidak mungkin mau mentas dan menyeberangi sungai tanpa
alasan yang luarbiasa. Alasan agar seekor kerbau menyeberangi sungai
cuma dengan dipaksa atau terpaksa saja. Karena kerbau yang sudah
kenyang makan dan kenyang berendam di air akan cenderung
bermalas-malasan saja. Dan yang memaksa kerbau Belanda hengkang ialah
kekuatan militer unggul bangsa lain. Sementara kekuatan militer
sendiri tidak siap digunakan menghadapi serbuan dari luar semacam itu,
melainkan hanya dipersiapkan dan digunakan untuk menindas pribumi
jajahan yang tidak bersenjata dan lemah dari segi apapun. Pasukan
militer Belanda punya kemampuan militer hanya sekelas menundukkan
kerajaan-kerajaan kecil di Nusantara. Belanda lebih menggunakan akal
yang diwujudkan dengan politik pecah-belah dan kuasailah. Dan terutama
berkat bantuan Pribumi sendiri yang lebih memilih berpihak pada
kekuatan asing.
Pasukan blitzkrieg Jerman akhirnya
gagal menghadapi Tentara Merah di front Timur dalam daerah Uni
Sovyet. Kekalahan di Russia itu menyebabkan keruntuhan kekuatan
Jerman, dan Hitler bunuh diri atau dibunuh oleh pihak tertentu. Dengan
demikian pada akhirnya pasukan militer Jerman menyerah pada Sekutu
setahun lebih dulu daripada menyerahnya kekaisaran Jepang pada Amerika
Serikat karena ledakan bom atom di jantung kota Jepang yang
dijatuhkan dari pesawat militer Amerika Serikat. Sovyet Uni atau Uni
Sovyet yang berada di pihak Sekutu ikut berhak keluar sebagai salah
satu negeri pemenang Perang Dunia Kedua, dunia komunis mendapat
kehormatan dengan keunggulan pasukan Merah Uni Sovyet. Dan anugerah
kemenangan itu juga dipersembahkan bagi petinggi Komintern Georgi
Dimitrov yang gagah berani membela Komintern dan komunisme di depan
pengadilan fasis Jerman Adolf Hitler atas tuduhan palsu hasil kerja
rekayasa intelijen Nazi Jerman dalam mengenyahkan hantu komunis sejagad.
Ramalan keempat
"Kejajah saumur jagung
karo wong cebol kepalang"
8 Maret 1942 Balatentara darat,
laut, dan udara Dai Nippon dan pasukan sipil bunga Sakura yang berani
mati dan selalu menang dalam pertempuran melawan bangsa Barat mendarat
di segenap penjuru wilayah Nusantara. Lunaslah ramalan Jayabaya
keempat, "kejajah saumur jagung karo wong cebol kepalang". Tentara
Kerajaan Belanda tidak kalah gagah-berani menghadapi pasukan dari
negeri Asia yang pernah menaklukkan Manchuria, wilayah kerajaan Tsar
Rusia pada 1904-1905.
Semangat tentara kerajaan masih
kalah dengan tentara kekaisaran Matahari Terbit, Dewa Amaterasu
berpihak pada sang penyerbu dari Utara. Sejak masa kuno orang-orang di
Nusantara sudah diperingatkan oleh nenek-moyang agar selalu waspada
terhadap arah Utara, karena dari sanalah musuh datang menyerang, dari
Utara juga bencana bakal datang di Tanah Jawa. Oleh sebab itu ada
sedikit peninggalan warisan leluhur sejak seribu tahun silam atau masa
Prabu Jayabaya dari kerajaan Kediri bertakhta, yakni,
"jangan membikin tungku atau luweng untuk memasak mulutnya menghadap
ke Utara." Satu lagi, "jangan membuat kakus atau wc yang posisi orang
yang mendudukinya sampai menghadap ke arah Utara."
Bahkan seorang pujangga masyhur
Nusantara menulis soal arus balik dari Utara yang terus mengalir ke
Selatan: ilmu pengetahuannya, budayanya dan barang-barang dagangannya.
Sebaliknya di masa keemasan Majapahit, dan bahkan sejak jaman
kerajaan Srivijaya arus mengalir ke Utara: ilmu pengetahuan, budaya,
dan barang-barang produk unggulannya.
Hinomaru berkibar di seluruh
Pantai Timur benua Asia sampai ke lautan Pasific di Timur Papua.
Terbentuklah garis pertahanan militer yang sangat lebar dan sulit
dijaga dari serbuan pasukan Sekutu yang dipimpin negeri Paman Sam.
Berturut-turut hengkang dari wilayah koloni atau jajahannya: Prancis
di Indocina, Belanda di Hindia Belanda, Inggris di Malaya, dan
Singapura. Bangsa Jepang berhasil mengubah peta politik dunia,
khususnya di Asia.
Prabu Jayabaya
sudah mengidentifikasi bangsa cebol kepalang ini seribu tahun yang
lalu bakal menjadi superpower di bidang militer. Dalam pandangan Jawa
yang kecil akan mengalahkan yang besar, orang cebol kepalang atau
bertubuh pendeklah yang bakal mengalahkan orang-orang besar dari
Barat.
Pribumi Nusantara yang terpuruk
melata di bahwa kaki bangsa Barat selama tigaratus limapuluh tahun
mendadak sontak dibangunkan dari tanah dengan didikan pasukan Jepang
yang keras dan tak kenal ampun. Senjata mulai diberikan kepada Pribumi
yang mau berjuang bersama Jepang untuk menghadapi bangsa Barat atau
Sekutu. Korban selama masa pendidikan militer Jepang berjatuhan,
kesengsaraan hidup melanda rakyat di segenap wilayah Nusantara. Kelak
buah kesengsaraan itu yang diawali hengkangnya bangsa Barat membikin
Pribumi harus berdiri di atas kaki sendiri di atas tanah tumpah darah
negeri sendiri dan memerintah bangsa sendiri, semua itu dapat ditempuh
dengan merebut kemerdekaan dan kedaulatan ibu pertiwi Nusantara.
Dai Nippon diramalkan menjajah
Nusantara selama seumur benih jagung dapat disimpan, tiga setengah
tahun! Dai Nippon yang bergabung dengan Jerman Hitler masih terus
berjuang sendiri dengan ulet dan tekun. Sekutu merasa biaya militer
sudah terlampau besar dikeluarkan di medan Eropa menghadapi Jerman dan
sekutunya. Untuk menaklukkan pasukan Dai Nippon yang memiliki garis
pertahanan begitu panjang di Asia Timur dan sebagian kepulauan di
Pasifik pada akhirnya Sekutu atau Amerika Serikat memilih menggunakan
cara ekonomis dan praktis: meledakkan bom nuklir di jantung wilayah
Jepang. Walhasil pemenang perang dunia kedua yang sejati adalah
senjata nuklir dan bukan Amerika Serikat. Pasukan Amerika tidak
mati-matian dalam mengalahkan Jepang dengan cara yang umum dan
terhormat.
Jepang tidak sepenuhnya kalah di
medan peperangan akan tetapi kalah karena atas instruksi pimpinan
tertingginya Kaisar Jepang.
Bangsa cebol kepalang itu selama
menduduki Jawa dan Nusantara menghadapi lawan-lawan tangguhnya: partai
komunis Indonesia, Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, partai sosialis,
partai nasionalis, dan orang-orang Islam progresif lainnya, dan tentu
saja segenap rakyat Nusantara. Segenap komponen perlawanan itu telah
memilih pemimpin mereka: Bung Karno. Bung Karno tidak terang-terangan
memusuhi Jepang, akan tetapi mengambil taktik berpijak di dua tempat
sekaligus. Kaki kiri berada bersama pasukan Dai Nippon, sementara kaki
kanannya bahu-membahu melawan Jepang dengan berbagai cara bersama
pejuang Pribumi lainnya.
Bung Karno tahu siapa-siapa yang
berjasa dalam merebut kemerdekaan, orang komunis, orang nasionalis,
dan orang sosialis, dan orang Islam dan seterusnya.
Dai Nippon menyerah kepada bom
nuklir milik Amerika Serikat pada 14 Agustus 1945. Pemenang perang
dunia kedua lainnya Sovyet Uni dedengkot negeri komunis pertama di
dunia rupanya tidak dapat hidup berdampingan secara damai dengan
negeri kapitalis lainnya, karena sudah sejak manifes komunis
diluncurkan pada abad kedelapan belas hantu komunis tidak pernah
ditolerir oleh paham lain di dunia ini. Sasaran tembak Amerika adalah
negeri komunis Soviet Uni dan berakibat timbulnya Perang Dunia Dingin.
Dua ideologi mengelompokkan diri masing-masing dengan memilih salah
satu pihak. Slogan Amerika lebih keras lagi, "berkawan dengan kami
memusuhi komunis atau menjadi musuh besar kami." Tidak adanya pilihan
netral sama sekali.
Imbas Perang Dunia Dingin itu
sangat mewarnai kemerdekaan yang akhirnya dikumandangkan oleh
Penyambung Hati Rakyat Indonesia: Soekarno didampingi M. Hatta. Semasa
pendudukan Jepang keduanya sudah sering menyusun strategi bersama
menghadapi masa depan. Mereka dalam menyikapi Perang Dunia Dingin
mengambil sikap berlawanan. Bung Karno bersikap Netral sementara Hatta
memihak memusuhi komunis. Dua peran antagonis dari kedua proklamator
RI itulah yang pada akhirnya melahirkan drama-drama perang kemerdekaan
yang memilukan. Bangsa sendiri bertempur dengan sesama saudara
sendiri.
Perang saudara antar bangsa
sendiri sejak perang kemerdekaan ternyata terus membesar dan puncak
klimaksnya termaktub dalam ramalan Jayabaya kelima, "pitik
tarung sak kandang."
Ramalan kelima
"Pitik tarung sak kandang"
Pada 30 September 1965 di lapisan
stratosfir langit malam, pada radius tiga kilometer dari kraton Sri Aji
Jayabaya, para penduduk menyaksikan "lintang kemukus"
bergerak pelahan ke arah utara. Benda langit cerah bersinar persis
pesawat angkasa luar yang diidentifikasi selama berabad "lintang
kemukus" yang bergerak lambat di langit itu menjadi pertanda datangnya
peristiwa besar di jagad manusia.
Malam-malam perburuan 20 juta
anggota komunis di Nusantara mulai dicanangkan. Partai komunis ketiga
terbesar di dunia berada dalam kepungan negeri berpenduduk muslim
terbesar di dunia. Sepuluh tahun yang silam kaum komunis berhasil
menempati anak tangga keempat dalam pemilu paling demokratis di negeri
Pancasila, suatu sintesis ideologi-ideologi yang ada di gelanggang
politik dunia dicetuskan Bung Karno, penyambung hati rakyat Indonesia.
Sri Aji Jayabaya
seorang putra dari cinta sejati Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati,
kedua remaja pilihan ini adalah putra mahkota dari dua kerajaan di tepi
sungai Brantas. Dewi Sekartaji seorang putri raja Amisena dari kerajaan
Daha/Kediri. Sedangkan Inu Kertapati atau lebih termasyhur disebut
Panji berasal dari kerajaan Jenggala, putra mahkota dari raja Lembu
Amilanur. Silsilah kedua putra mahkota ini adalah cucu Prabu Erlangga
dari hasil perkawinan dengan para selir. Sedangkan paramesywari Erlangga
melahirkan seorang gadis bernama Dewi Sanggramawijaya atau lebih
dikenal Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci tidak dapat menggantikan Erlangga
menduduki takhta, maka kerajaan dibelah menjadi dua, Daha/Kediri dan
Jenggala. Perkawinan kerajaan yang mereka jalani sebelumnya penuh
dengan drama percintaan paling dikenang selama berabad oleh penduduk
Jawa bagian Timur.
Dewi Sekartaji dan Inu Kertapati
yang belum bertemu satu sama lain sempat menolak perjodohan dua
kerajaan atas diri mereka. Dewi Sekartaji mengembara bertahun-tahun,
demikian pula Inu Kertapati, keduanya remaja paling cantik dan paling
tampan di kerajaan Daha dan Jenggala. Singkatnya mereka akhirnya
bertemu di pulau Dewata dan saling jatuh cinta satu sama lain.
Perkawinan pun berlangsung meriah, dua kerajaan digabungkan, dan dari
hasil cinta sejati mereka lahirlah seorang manusia unggul Sri Aji Jayabaya yang kelak marak menjadi raja kerajaan Kediri. Dalam masa
pemerintahannya sastra dan seni berkembang luar biasa pesatnya.
Perkataan yang berwujud ramalan-ramalan dari segenap cerdik-pandai di
seluruh negeri dikumpulkan dan dipilih yang terbaik untuk
dipersembahkan kepada yang mulia Sri Aji Jayabaya. Dengan bahan
melimpah itulah sang raja besar itu mempublikasikan ramalan kelima
"pitik tarung sak kandang" untuk menggambarkan perang saudara masa depan
di tanah Jawa.
Gerakan september 1965 memicu
pertarungan dua ideologi yang bertentangan, di satu sisi kubu
materialis, yang diwakili oleh 20 juta komunis, di sisi lain terdapat
kubu idealis, yang diwakili 60 juta muslim. Kaum komunis menggunakan
sistem filsafat materialisme dialektis. Kaum muslim masuk kubu idealis.
Jika kedua sistem itu berhadapan dalam realitas kehidupan maka yang
terjadi adalah pertentangan paham, tidak kurang-kurangnya Bung Karno
berusaha mendamaikan pertentangan komunis dan Islam dalam wadah
Nasakom, lebih lanjut lagi di forum legislatif dibentuk kabinet
"gotong-royong". Usaha kecil Bung Karno yang memiliki visi luar biasa
sejak 1926, berusaha menghindarkan terjadinya "pitik tarung sak
kandang". Bung Karno sangat menguasai ramalan Sri Aji Jayabaya
tersebut.
"Pitik tarung sak kandang" artinya
ayam peliharaan yang setiap pagi dan petang berada dalam ruangan yang
sama. Ayam dalam satu ruangan itu setiap hari hidup rukun di luar
ruangan. Kandang di sini bukan kandang yang rapat, ayam yang dipelihara
penduduk di Jawa biasanya dibuatkan pijakan-pijakan bambu atau kayu
untuk tidur si ayam. Ayam tersebut bebas keluar masuk ruangan kapan
saja atas kemauan sendiri. Mereka berada dalam rumah yang sama dan
hidup rukun. Sangat jarang terjadi ayam dalam satu "kandang" saling
berkelahi di dalam kandangnya. Bahkan tidak pernah terjadi perkelahian
ayam dalam kandang bebasnya itu. Perkelahian kecil biasanya rebutan
tempat "mangkring" yang kuat, ayam dewasa, memilih berada di depan.
Ayam muda oleh pemiliknya dipisahkan, dikurung tersendiri.
Dalam kandangnya puluhan ayam itu
tidak pernah berkelahi karena mereka hanya berkumpul pada petang hari
untuk mulai tidur malamnya yang berlangsung hingga subuh. Saat mereka
terbangun dan keluar kandang itulah sang pemilik menjamu santapan
pertama, selanjutnya terserah anda mau cari makan di mana.
Dalam enam bulan saja komunis
dibantai lawan-lawannya, segenap peranan mereka telah disingkirkan dari
pemerintahan, pers, dunia pendidikan dengan memenjarakan tanpa proses
pengadilan. Jutaan pegawai aparat pemerintah Bung Karno tidak perlu
dibayarkan pensiun mereka, walau sudah bekerja sejak perang
kemerdekaan. Sangat ekonomis!
Pembantaian kaum komunis yang
tengah terjadi itu adalah hasil provokasi oleh oknum yang dimaksud
dalam ramalan keenam sri Aji Jayabaya: "kodok ijo ongkang-ongkang", yang berkuasa
tepat selama empat windu. "Kodok ijo ongkang-ongkang" dibantu oleh
pihak asing yang tengah menjalankan doktrin McCarthy, membasmi komunis
dari muka bumi.
Komunis Indonesia musnah tak
bersisa yang tersisa onggokan arang yang mengepulkan asap tipis. Di
musim penghujan bakal tumbuh tunas baru di tumpukan berwarna hitam itu,
karena negeri Nusantara sangat subur untuk mengubah kegersangan
menjadi hijau kembali dengan tumbuhnya beraneka tanaman baru, termasuk
yang sudah dianggap musnah.
Ramalan Keenam
"Kodok Ijo Ongkang-Ongkang"
Partai Komunis Indonesia hancur
berantakan dalam semalam, bahkan tanpa seorang pun pasukan Amerika
Serikat nongol di sini untuk turun tangan langsung. Di Vietnam sana di
waktu yang bersamaan pasukan Amerika Serikat sudah lebih dari
setengah juta pasukan bekerja keras turun tangan langsung dalam
membasmi orang-orang komunis Vietcong. Usaha Amerika itu tidak juga
berhasil mengatasi terowongan tikus orang Vietnam yang tersohor itu.
Tidak cukup dengan pasukan militer, juga ikut diterjunkan ke medan
pertempuran Vietnam segala jenis senjata modern, senjata kimia,
senjata biologi semua saja ditujukan untuk membasmi manusia komunis
Vietnam. Amerika gagal menghadapi pasukan komunis vietnam, karena
orang-orang komunis Vietnam lebih unggul daripada orang-orang komunis
Indonesia yang masih dibangunkan oleh Bung Karno nasion dan character
rakyatnya. Paman Ho atau Ho Chi Minh lebih berhasil membangun
character dan nation rakyat Vietnam. Paman Ho mendapat bantuan dari
tetangga akrabnya Republik Rakyat Tiongkok yang dikomandani Kawan Mao
Dze Dong yang masyhur dalam memimpin Tentara Merah Tiongkok berhasil
mengalahkan pasukan Chiang Kaishek, Kuomintang dukungan Amerika
Serikat.
Jangan dilupakan peran sentral Zhou
Enlai, Perdana Menteri Tiongkok yang disebut-sebut lebih dulu menjadi
anggota PKT daripada sang ketua Mao sekitar 1921. Kawan Zhou dan
Paman Ho dekat sekali hubungannya terutama tatkala Vietnam membutuhkan
sokongan moril maupun materil dalam menahan serangan pasukan militer
Amerika Serikat pemenang perang dunia kedua, kekuatannya tak diragukan
lagi.
Ramalan keenam Jayabaya,
"Kodok ijo ongkang-ongkang" bisa berarti berkuasanya kaum hijau yang
juga bisa berarti hijau daun atau hijau berlian. Hijau berlian berarti
simbol pakaian militer angkatan darat. Hijau daun berarti bendera
salah satu negeri di jazirah Arab, Saudi Arabia simbol dunia Islam.
Kodok ijo mengeluarkan suara dari
kantung udaranya dan terdengar, "oooong....kaaaang, oong...
kang.....ong....kang.". Suara sang kodok itu di musim banjir penghujan
sangat riuh-rendah, bahkan ribuan kodok ijo berkumpul menjelang hari
mulai gelap untuk melantunkan orchestra simfoni, "ong-kang-ong-kang"
mengisi keheningan malam basah oleh banjir atau hujan terus-menerus.
Sang kodok begitu riuhnya memperdengarkan kemerduan suaranya dengan
satu tujuan menarik lawan jenisnya untuk dikawininya.
Tanpa ada air melimpah ruang di
kebun atau di halaman rumah atau di tegalan, maka tak akan datang
kodok ijo dan riuh-rendah sepanjang malam bersimfoni ria. Banjir darah
akibat gerakan September 1965 mengundang militer angkatan darat turun
ke arena untuk mengambil alih kekuasaan di Nusantara dari tangan Bung
Karno yang berusaha membikin keseimbangan antara PKI dan AD.
Dengan sendirinya AD yang hijau itu
menjadi kekuatan dominan di Nusantara dan mendukung penguasa baru
Jendral Suharto yang fasis dan otoriter sehingga berhasil berkuasa
selama empat windu untuk membikin rakyat Nusantara seragam berfikir
dan berbuat dalam hidupnya. Mau coba pikiran dan suara lain, hadiahnya
penjara. Kalau agak ringan kesalahannya akan mendapatkan hadiah
"diponggal-panggil" koramil atau kodim. Di sana dapat bogem mentah
atau tidak itu lain perkara lagi.
Masa rejim "kodok ijo
ongkang-ongkang" tidak berarti militer terutama AD hanya
ongkang-ongkang kaki saja, tidak. Justru AD bekerja keras untuk tetap
menjaga bahaya laten komunis yang baru saja dikalahkan oleh AD
sendiri. Komunis yang tumpas sampai ke akarnya berkat mantra sakti
Jendral Soeharto, "tumpas habis sampai tujuh turunan" siapa saja yang
terlibat komunis, selalu bekerja keras mencegah bangkitnya komunis di
negeri Nusantara yang berubah menjadi negeri tergantung sejak masuknya
modal asing akibat dibukanya keran modal oleh Jendral Besar Soeharto
yang membikin sebagaian rakyat memujanya mampu membikin rakyat
sejahtera.
Akan tetapi sayang sekali slogan
"awas bahaya laten komunis" itu terlalu berlebihan dikoar-koarkan
selama Jendral Soeharto berkuasa. Padahal sudah jelas bin gamblang
komunis sudah hancur tak punya kekuatan apapun, eeeeh kok menakuti
rakyat banyak akan bahaya komunis yang cuma pepesan kosong itu. Eiit
itu bicara waktu itu lho. Entah kekuatan mereka saat ini 2010.
Ujung-ujungnya intimidasi dan teror kepada rakyat, dan ujung-ujungnya
lagi Bapak Pembangunan itu terus terpilih dan terpilih lagi jadi Raja
eh Presiden RI.
Prabu Jayabaya
hampir seribu tahun yang silam sudah meramalkan datangnya penguasa
militer baru berbusana hijau, yakni AD. Ceritanya sang penguasa itu
muncul setelah terjadinya perang saudara di Nusantara dalam, "Pitik
tarung sak kandang". Setelah sang kodok tidak berkuasa lagi tampillah
rejim baru yang disebut rejim reformasi. Apa yang terjadi, "kodok ijo,
kodok bangkak, kodok percil, dan kodok pohon, dan lainnya ramai-ramai
memperdengarkan suaranya tanpa hambatan lagi datang dari manapun. Dan
ujung dari kebebasan itu ialah eyel-eyelan untuk menonjolkan pendapat
sendiri yang belum tentu benar.
Ramalan ketujuh
"Tikus Pithi Anoto Baris"
Ramalan ketujuh Sri Aji Jayabaya (1145-an): Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah
menyusun barisan! Merah tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan
kelak menjadi hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus phiti
antara lain: gesit, semau sendiri, susah diatur, dan lucu. Tikus phiti
pandai menyembunyikan diri akan tetapi belum mampu bikin persembunyian
sendiri, yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau membikin sarang
dari bahan yang ada di sekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah
untuk menangkap dan memburu makhluk yang satu ini.
Tikus yang satu ini benar-benar
menyusun barisan bila pemimpin besarnya (induknya) dibunuh atau
melarikan diri karena diuber-uber. Jika keadaan biasa tanpa gangguan
maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan semua
gerakannya.
Tikus-tikus pithi menyusun barisan
bila mereka sedang kelaparan hebat, karena musim paceklik atau
sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah agresif tatkala
mereka mendapat mangsa empuk.
Semasa Sri Aji Jayabaya
memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada anak-anak remaja
yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu kehitaman.
Tikus dalam konteks ramalan bisa sebagai perlambang kaum muda, angkatan
muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri. Sri Aji Jayabaya sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai
prajurit dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan di
samping itu suara mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan
politik kerajaan.
Kerajaan laut tapi berpusat di
pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi Jambi di pulau
Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu memperkuat
pasukan laut demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah
pengaruhnya. Angkatan muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai
abdi negara. Dengan strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi
pemuda, maka tidak ada gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang
persatuan merongrong kekuasaan sang Prabu Jayabaya.
Sejarah kemudian mencatat pada
1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji Jayabaya
di mana angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam
pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih limapuluh
kilometer arah ke Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok
membariskan pasukannya menggempur Kediri. Panglima perang kerajaan
Kediri Mahesa Wulung adik dari raja Dandang Gendis atau Krtajaya tewas
di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran
melawan pasukan Arok.
Arok tercatat sebagai orang pertama
yang memimpin pemberontakan atau kudeta dengan hasil gemilang dalam
sejarah Nusantara.
Kembali ke tahun 2010, adanya
ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan sebagai pemberontakan
bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara adalah mustahil,
kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata. Rakyat
jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk
mengadakan pemberontakan skala besar.
Kaum muda memang mulai
mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan berorientasi ke
berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok sendiri.
Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan
merah jambu serta mengelompokkan di sebagai kiri, tengah, dan kanan.
Ibarat dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah
diadu-dombakan.
Angkatan muda memang selalu tampil
dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka
selalu berpindah tangan dan diambil alih pihak lain. Peranan mereka
kembali cuma penggembira yang tidak mampu memfoloup hasil gerakannya
yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan
mulai memasang strategi baru. Demo damai yang berubah anarkis mudah
sekali ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang memerlukan
waktu panjang dalam meraih kemenangan. Hingga pada akhirnya yang paling
mudah bagi angkatan muda dengan jalan mengumpulkan opini massa
menggunakan jejaring sosial digital.
Jadi "tikus phiti anoto baris"
berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan barisan pemberontakan
bersenjata, bukan demo anarchi, dan bukan menunggu waktu generasi tua
menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda. Sehingga angkatan muda
menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki kekuatan
kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu
idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari
berbagai elemen. Idea-idea pemersatu yang sudah tersedia antara lain
Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit
hingga Kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan. Sekarang idea terakhir
itu sudah pincang, karena salah satu kakinya buntung. Sedangkan idea
yang lain diselewengkan menurut kepentingan penguasa sendiri. Adalah
tugas angkatan muda membikin utuh dan memurnikan kembali seperti
sediakala semua idea yang dicetuskan dan diajarkan oleh para pemimpin
Nusantara sesuai jamannya itu.
Kelak dengan berhasilnya angkatan
muda menyusun barisan bersama untuk tujuan bersama memurnikan semua
idea pemersatu dan mampu mewujudkannya dalam aksi, maka makna
sesungguhnya ramalan Jayabaya ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.
Ramalan kedelapan
"Reinkarnasi Noyo Genggong Sabdo
Palon"
Dua pendeta penasihat sekaligus
punakawan kerajaan Majapahit ini memang bukan tokoh sembarangan. Selama
ini ditafsirkan sebagai makhluk halus. Wadag atau tubuhnya memang
sebagaimana lazimnya orang biasa. Roh halus atau roh gaibnya yang
luarbiasa, ia mampu bereinkarnasi ribuan kali sejak manusia pertama
tinggal di bumi.
Sebagai pendeta Buddha Jawa (Jowo
Sanyoto, agama negara Majapahit) utama di kerajaan Majapahit ilmu
agamanya sempurna bahkan lebih sempurna dibanding para pengikut utama
Dalai Lama di Tibet. Dari jaman ke jaman Sabdo Palon* terus-menerus
berganti raga (wadag), yakni pada saat raganya memang sudah tua dan
meninggal dunia.
Wadag baru pilihan itu tidak atas
kemauan pribadi roh Sabdo Palon akan tetapi atas kehendak Sang Hyang
Wenang ing Jagad.
Jadi sebenarnya walau Majapahit
runtuh, Sabdo Palon dan pendahulunya Noyo Genggong tidak pernah murca
atau hilang, dia hidup sebagai manusia biasa di bumi manusia ini.
Silsilah Sabdo Palon dalam 2500 tahun terakhir mengayomi tanah Jawa,
dan bumi bagian Selatan (Man Yang) adalah sbb.: Semar, Humarmoyo,
Manikmoyo, Ismoyo, Noyo Genggong, Sabdo Palon, Ki K, WS, dan pada 2010
ini ......???!
Ramalan Sri Aji Jayabaya
kedelapan bahwa Sabdo Palon akan kembali ke Nusantara, tentu
ditafsirkan Sabdo Palon kelak berkiprah kembali sebagai pendamping dan
penasihat daripada pemimpin negeri suatu kerajaan.
Tatkala Majapahit pada era
keruntuhannya sekitar 1478, di hadapan Prabu Brawijaya yang berganti
haluan memeluk Islam sedangkan Sabdo Palon tetap bertahan sebagai titah
dengan Jowo Sanyoto sebelum murca (lenyap) Sabdo Palon berjanji, "Yang
Mulia, kita ditakdirkan untuk berpisah, tetapi harap Yang Mulia ingat
limaratus tahun lagi aku akan kembali ke marcapada bumi Nusantara untuk
menjalankan titah-Nya."
Tepat waktu sebagaimana dijanjikan
Sabdo Palon maka pada 1978 (500 tahun sejak Majapahit runtuh berikut
murcanya Sabdo Palon) seorang penduduk biasa Jawa Tengah wadagnya
dipergunakan oleh Sabdo Palon lengkap dengan Jowo Sanyoto-nya, lelaki
tua itu menyebut dirinya Ki K. Pada awal 1990-an sosoknya yang sudah
sepuh itu masih berstamina dan memiliki energi besar ditambah daya
intelijensinya masih sangat kuat. Bicaranya menyihir barangsiapa saja
yang mendengarkan. Sabdo Palon yang satu ini membawa ajaran dalam kitab
"suci" Adam Makna (bukan Betaljemur Adam Makna). Salah satu isi kitab
itu ialah penjabaran daripada abjad huruf Jawa ho no co ro ko do to
so wo lo po dho jo yo nyo mo nggo bo tho ngo (yang bagi orang Sunda
sangat penting sekali, ilmu tertinggi dalam dunia kebathinan dan
falsafah di Nusantara). Beliau meninggal sekitar pertengahan 1990-an.
Sabdo Palon berganti wadag lagi, dan kali ini dalam diri WS (65
tahunan) tangan kanan dan orang dekat Ki K sendiri. Kehadiran kembali
Sabdo Palon dengan melalui reinkarnasi berabad pada sosok manusia
pilihan itu atas kehendak dan kuasa Sang Hyang Wenang ing Jagad.
WS meninggal sekitar 2006,
(bersamaan waktunya dengan meletusnya Gunung Merapi), sepak-terjang
beliau semasa hidupnya mirip tokoh misterius yang gerakannya juga
misterius, ia pernah mencoba memberikan nasihat kepada Presiden Suharto
yang di masa itu dikelilingi tokoh-tokoh spiritual tingkat tinggi dan
sulit didekati siapapun, konon hasilnya kurang memuaskan; dan beliau di
samping itu juga mencoba memberi nasihat atau petuah pada berbagai
petinggi militer maupun sipil. Sepak-terjangnya tidak pernah membikin
heboh karena setiap lakunya dikerjakan tanpa menarik perhatian. Dan
tentu saja ia tidak pernah mengumumkan jatidirinya kepada siapapun.
Sosoknya biasa saja, keistimewaannya ialah stamina tubuhnya luarbiasa
apalagi saat ia berbicara seolah menyihir para pendengarnya. Dan
keberaniannya berbicara menghadapi tokoh manapun sangat luarbiasa.
Semasa jaman Majapahit dalam
wasiatnya Sabdo Palon mengatakan, "Hanya atas kehendak Sang Hyang
Wenang ing Jagad yang maha menentukan manusia pilihan sebagai wadag
baru Sabdo Palon." Prosesnya perpindahan Sabdo Palon ke wadag baru
berbeda dengan reinkarnasi pendeta Buddha Tibet. Sabdo Palon memasuki
tubuh remaja atau dewasa yang telah ditakdirkan Sang Hyang Wenang ing
Jagad meninggal dunia dan atas kehendakNya pula tubuh tersebut hidup
kembali sebagai reinkarnasi Sabdo Palon baru dengan nama baru. Pada
reinkarnasi pendeta Tibet terjadi sejak dalam kandungan ibunya, hingga
lahir ke dunia sebagai bayi reinkarnasi pendeta si A atau si B.
Menurut penuturan Ki K, pada jaman
Jepang, Sabdo Palon sebelumnya -- yang kini bersemayam dalam dirinya --
turut bersama balatentara Dai Nippon menyerbu Jawa, membebaskan tanah
Jawa dari bangsa kulit putih. Akan tetapi naas di Singapura pesawat
tempur Zero yang ditumpangi Sabdo Palon tertembak oleh musuh, seluruh
awak tewas, tatkala itulah meloncatlah roh Sabdo Palon dari tubuh
seseorang yang tewas dalam pesawat tersebut (orang Jepang!). Sabdo
Palon yang memang hendak ke tanah Jawa konon mendarat seorang diri di
kaki Gunung Merapi. Pesawat naas itu berangkat dari salah satu kota
Jepang.
Kejayaan Nusantara dalam ramalan
Sri Aji Jayabaya akan terjadi tatkala munculnya kembali Sabdo
Palon dan Noyo Genggong. Sabdo Palon alias Ki K pada 1980 mengatakan,
"Kejayaan Nusantara yang lebih dahsyat daripada kerajaan Majapahit
terwujud bila dunia mengalami goro-goro besar semacam perang dunia
dahsyat atau bencana alam berskala besar, misalnya jatuhnya benda
angkasa, meletusnya gunung berapi, dan lain-lain. Usai goro-goro
terjadi maka dunia akan kembali seperti sediakala. Pada saat itulah
tatanan politik dunia baru akan terbentuk dan jauh berbeda dari peta
dunia modern sebelumnya. Pasca goro-goro itulah di Nusantara akan
muncul Ratu adil dan Sabdo Palon berdampingan menentukan nasib Nusantara
dan bumi bagian selatan (Man Yang) dalam satu tata pusat
pemerintahan baru," demikian ucapan orisinil Sabdo Palon pada 1980.
Kapankah terjadinya goro-goro besar
dan munculnya ratu adil? Pertanyaan itu akan terjawab setelah ada
jawaban atas pertanyaan berikut, "Siapakah yang kini dipilih oleh Sang
Hyang Wenang ing Jagad menjadi manusia pilihanNya sebagai wadag terbaru
daripada reinkarnasi Sabdo Palon?"
Beliaulah sumber jawabannya.
mbah subowo
bin sukaris
___________
* Makam salah satu wadag Sabdo Palon
yang "cuma" seorang abdi rendahan semasa kerajaan Majapahit berada di
situs Trowulan Majapahit, makam Troloyo, Mojokerto, Jatim, Indonesia
(lembaga situs Majapahit, Trowulan).
http://www.hastamitra.net/p/ramalan-joyoboyo-ke-8-reinkarnasi-sabdo.html
0 komentar:
Posting Komentar